5 Makhluk Mitologi yang Tenar di Nusantara

5 Makhluk Mitologi yang Tenar di Nusantara – Makhluk mitologi bagi beberapa orang dipercaya keberadaannya, tapi tak bisa digambarkan. Sebagian orang lagi menganggap bahwa mahkluk legenda itu sudah punah sehingga tak ada bukti secara kongkret. Oleh sebab itu, tak sedikit orang berpendapat bahwa makhluk mitologi hanya sebatas imajinasi manusia belaka.

Namun, bagi masyarakat yang menganut kepercayaan dan adat kebudayaan tertentu benar-benar meyakini keberadaannya sebagai bagian dari mitos. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, mitologi merupakan ilmu seputar wujud sastra yang mengandung konsepsi dan dongeng suci mengenai kehidupan dewa dan makhluk halus dalam suatu kebudayaan. Sementara, mitos merupakan Slot Online Gacor cerita suatu bangsa seputar dewa dan pahlawan zaman dahulu, mengandung penafsiran seputar asal-usulan semesta alam, manusia, dan bangsa hal yang demikian mengandung arti mendalam yang diucapkan dengan cara gaib. Makhluk mitologi keberadaanya banyak dituturkan dalam kisah-kisah mitologis, legenda, cerita rakyat maupun fabel. Di tanah air, makhluk mitologi erat kaitannya dengan kepercayaan di tiap suku bangsa. Setidaknya ada lima diantara sekian makhluk mitologi yang merupakan bagian dari kekayaan kearifan lokal masyarakat.

1. Garuda Garuda merupakan salah satu makhluk antropomorfis-mitologis dalam Hinduisme, Buddhisme, dan Jainisme. Garuda digambarkan bertubuh tertutup bulu emas, berwajah putih, dan bersayap merah. Paruh dan sayapnya mirip yang dimiliki burung elang, tapi tubuhnya acap kali kali seperti manusia. Dalam salah satu kisah diceritakan sebab ukurannya yang besar sehingga bisa menghambat sang surya. Kisah garuda terdapat dalam kitab Mahabharata dan Purana yang berasal dari India. Berdasarkan agama Hindu, Garuda merupakan wahana Dewa Wisnu (salah satu Trimurti atau tiga dewa utama). Walaupun dalam agama Buddha, Garuda merupakan Dhammapala atau Astasena. Dalam Jainisme, Garuda merupakan salah satu Yaksa (dewa pelindung) Tirthankara Shantinatha. Bangsa Jepang juga mengenal makhluk mirip Garuda, yang mereka ucap Karura. Garuda di Thailand disebut sebagai Krut atau Pha Krut. Legenda burung Garuda ini pun berkembang judi slot hingga ke Indonesia pada abad ke-6. Burung Garuda itu sendiri melambangkan energi, sementara warna emas pada burung garuda itu melambangkan kemegahan atau kejayaan. Pada simbol Pancasila, burung Garuda digambarkan membuka paruhnya. Karena, membukanya paruh Garuda ini melambangkan keberanian dan ketangkasan. Indonesia dan Thailand memakai garuda sebagai lambang negaranya.

2. Naga Besukih Kisah seputar Naga Besukih ini juga muncul dalam legenda terciptanya Selat Bali. Selat Bali merupakan sebuah selat yang memisahkan antara Pulau Jawa dan Bali. Berdasarkan kisah, kedua pulau hal yang demikian merupakan kesatuan daratan yang akhirnya terpisah sebab peristiwa ajaib di daerah itu. Alkisah, seorang Brahmana sakti bernama Sidi Mantra bertapa di Gunung Agung. Ia seorang pendeta yang kaya raya dan tenar sakti mandraguna. Ia memiliki istri yang indah jelita dan seorang putra yang gagah dan ganteng bernama Manik Angkeran. Namun, Sidi Mantra minta bantuan Naga Besukih sebab problem utang piutang yang disebabkan oleh Manik Angkeran. Ternyata si kecilnya itu gemar berjudi sehingga harta kekayaan Sidi Mantra terkuras habis. Kalau naga sependapat untuk membantunya dengan syarat buah hati Sidi Mantra patut stop berjudi, tapi rupanya Manik Angkeran tak berubah. Singkat cerita, kisah itu diakhiri dengan terciptanya Selat Bali oleh tongkat milik Sidi Mantra yang memisahkan Pulau Bali dan Pulau Jawa. Naga Besukih dipercaya masyarakat Bali sebagai makhluk mitologi yang konon katanya berada di bawah kawah Gunung Agung.

3. Warak Ngendhog Namun Naga Besukih digambarkan sebagai naga yang besar dan sakti, berbeda dengan naga kecil bernama Warak Ngendhog asal Semarang. Kata warak sendiri berasal dari bahasa Jawa yang bermakna badak. Namun demikian, pendapat lain mengatakan warak berasal dari bahasa Arab yang bermakna suci. Dan ngendhog (bertelor) disimbolkan sebagai hasil pahala yang didapatkan seseorang sesudah sebelumnya menjalani proses suci. Secara harfiah, warak ngendhog bisa diistilahkan: siapa saja yang menjaga kesucian di bulan Ramadan, kelak di akhir bulan akan menerima pahala pada hari Lebaran. Warak ngendog merupakan hewan mitologi yang menjadi simbol kerukunan tiga etnis di Semarang, Jawa Tengah. Warak ini mengambil wujud buraq dengan kepala naga dan berkaki empat yang merupakan perpaduan antara Slot88 kebudayaan tiga etnis yang ada di Semarang, merupakan Arab, Cina, dan Jawa. Warak ngendhog menjadi simbol akulturasi elemen kebudayaan lokal saat Raden Pandanaran menyebarkan Agama Islam di wilayah Semarang. Malah, Warak Ngendhog diarak dalam Festival Kebyaran atau perayaan Dugderan yang digelar untuk menyambut datangnya bulan Ramadan. Warak Ngendhog memiliki tubuh bersisik, mulut bertaring yang menganga, dan wajah yang cukup angker sebagai lambang hawa nafsu yang patut dilawan.

4. Kuda Sembrani Kuda Sembrani merupakan hewan mitologi yang diambil dari cerita legenda masyarakat Nusantara yang menggambarkan seekor kuda bersayap yang bisa terbang dan betul-betul berani. Dalam cerita pewayangan kuda Sembrani merupakan kuda tunggangan Batara Wisnu. Sementara berdasarkan hikayat rakyat Jawa, Sembrani merupakan alat transportasi bagi raja, ratu dan senopati yang konon berdasarkan cerita jikalau bepergian senantiasa memakai kuda Sembrani agar bisa dengan gampang dan cepat hingga ditujuan. Dalam kultur populer, kuda Sembrani acap kali dianggap sama dengan Pegasus, sedangkan keduanya berbeda. Sebuah padanan yang lebih ideal untuk kuda Sembrani mungkin merupakan Kuda Terbang atau Kuda Mistik. Konon, satu kepakan sayap kuda Sembrani bisa mencapai jarak sejauh ratusan kilometer. Kalau transportasi kuda Sembrani disebut digunakan oleh para raja-raja Jawa untuk berangkat ke Mekkah untuk menunaikan ibadah haji. Namun diluar negeri banyak legenda seputar kuda-kuda mistik yang punya kesanggupan magis. Nama kuda seperti kuda pegasus atau kuda unicorn diketahui sebagai hewan-hewan mitologi yang tenar sebab kesanggupan magisnya, seperti bisa terbang atau menyembuhkan segala penyakit. Kuda Sembrani diceritakan dalam kisah pada masa pemerintahan Sultan Agung, raja terbesar Mataram Islam. Kalau raja acap kali bertapa untuk memeroleh pertanda dari Ia. Suatu kali dalam tapaanya sang Sultan mendapatkan pertanda gaib untuk mempekerjakan Ki Bodho sebagai abdinya agar segala kerajaannya kian sejahtera. Ki Bodho yang diberikan titah untuk menjadi abdi Sultan seketika menerima titah rajanya. Salah satu rekomendasi pertama yang diajukan Ki Bodho pada Sultan Agung merupakan agar sang Raja memelihara kuda Sembrani.

5. Nyi Roro Kidul Nyi Roro Kidul atau Nyai Roro Kidul merupakan sesosok dewi legendaris Indonesia yang betul-betul populer di kalangan masyarakat Pulau Jawa. Tokoh ini diketahui sebagai penguasa Pantai Selatan (Samudra Hindia). Secara awam disamakan dengan Kanjeng Ratu Kidul, sedangkan berdasarkan beberapa kalangan hakekatnya keduanya berbeda. Dalam mitologi Jawa, Kanjeng Ratu Kidul merupakan ciptaan dari Dewa Kaping Telu yang mengisi alam kehidupan sebagai Dewi Padi (Dewi Sri) dan dewi alam yang lain. Walaupun Nyi Roro Kidul mulanya merupakan putri Kerajaan Sunda yang diusir ayahnya sebab ulah ibu tirinya. Dalam perkembangannya, masyarakat cenderung menyamakan Nyi Roro Kidul dengan Kanjeng Ratu Kidul, sedangkan dalam kepercayaan Kejawen, Nyi Roro Kidul merupakan bawahan setia Kanjeng Ratu Kidul. Nyi Roro Kidul juga diketahui dengan pelbagai nama yang mencerminkan pelbagai kisah berbeda dari asal-masukannya, legenda, mitologi, dan kisah turun-temurun. Ia awam dipanggil dengan nama Ratu Laut Selatan dan Gusti Kanjeng Ratu Kidul. Berdasarkan adat-istiadat Jawa, pengaplikasian gelar seperti Nyai, Kanjeng, dan Gusti untuk menyebutnya betul-betul penting demi kesopanan. Orang-orang juga menyebutnya sebagai eyang (nenek). Dalam perkembangan politik di Jawa sebelum era Kerajaan Mataram Islam, diceritakan bahwa Panembahan Senopati, kakek dari Sultan Agung mengerjakan semedi di Pantai Selatan. itu dilakukan guna memohon pertanda untuk memenangkan peperangan melawan Sultan Pajang. Konon, semedi yang dilakukan Panembahan Senopati betul-betul tekun hingga membikin Istana Ratu Pantai Selatan porak poranda. Ratu Kidul keluar sebab tertegun memandang seorang yang gagah tengah bersemedi. Kalau Ratu pun jatuh hati dan bersimpuh di kaki Panembahan Senopati. bercumbu selama tiga hari tiga malam, Ratu Selatan bermufakat akan membantu Panembahan Senopati melawan Sultan Pajang dan akhirnya berhasil. Untuk mengenang peristiwa ini, Sultan Agung membikin tarian bedhaya yang mengisahkan cinta Panembahan Senopati dengan Ratu Kidul. Dalam perkembangannya, tarian itu menjadi kultur patut saat penobatan raja baru di wilayah Mataram Yogyakarta maupun Surakarta.